Lahir menjadi anak pertama dari pasangan Muslim Bin Basuki dan Neneng Sukarsih, Lahir di Jakarta pada Hari Sabtu 03 Mei 1975. Dari keluarga yang pas pasan, hanya tinggal di sebuah ruangan ukuran 5x5 meter tanpa halaman, tanpa dapur, kamar mandi, dalam ruangan itu semuanya jadi satu. Namun dari keprihatinan tersebut banyak yang dapat diambil hikmahnya.
Pada umur 9 tahun diungsikan ke daerah yang agak terpencil di selatan Jakarta, dahulu hanya 1 jam dari asalnya yaitu Manggarai, Jakarta Selatan. Sekarang dibutuhkan hampir 2,5 jam untuk menuju rumahnya. Larangan Indah, Ciledug, Tangerang. Adalah rumah ke-duanya. Dibesarkan di daerah yang banyak rawa dan pepohan yang rindang, sepi dan menyeramkan tepatnya.
Namun di situ Thamrin kecil mengenal pengajian, pelajaran agama, guru guru pengajian dan sekolahnya, berteman dan menjadi bolang yang sangat menantang. Kehidupan barunya sungguh menyenangkan di sana. Hingga lulus SD, beranjak ke SMP yang lebih jauh lagi di Meruya Selatan, SMA semakin Jauh lagi di daerah Pengumben, Srengseng, Jakarta Barat. Dalam keseharian yang prihatin Thamrin justru menemukan jati dirinya yang memiliki prinsip dan tidak mudah disetir oelh teman teman dan lingkungannya. Di SMA mental bisnisnya mulai diasah, karena keterpaksaan agar punya uang jajan dan ongkos untuk pulang. Tak jarang sambil memegang gitar dan berkeliling dengan temannya untuk mengamen.
Kenyataan pahit harus ditelannya juga setelah lulus tidak dapat melanjutkan ke sekolah lebih tinggi seperti teman temannya, karena sang ayah bisnisnya terus menurun. Tapi sekali lagi ia tidak pernah berkecl hati, makin sering ia memegang gitar dan mencari pengalaman dan kehidupan untuk persiapan kedewasaannya. Dari menjaga koin di Block M, mengamen, jualan teh botol di Blok M, jaga sendal di mushola sampai dengan menjadi kenek bangunan di dekat rumahnya. Namun dari semuanya itu, ia merasa tidak akan membawanya ke masa depan yang cerah. Jadi ia terus berusaha untuk melayangkan surat lamaran untuk pekerjaan yang lebih baik. Pernah ia melamar sbagai waiter di sebuah gerai mie di Pondok Indah Mall, namun sayang pekerjaannya melarang ia untuk sholat jumat. Al hasil terpaksa pekerjaannya ia tinggalkan, ia memilih menjalankan syariat islam yang dipegang teguh olehnya.
Hingga akhirnya pada saat Ia menjadi kenek, datang sebuah surat panggilan dari sebuah perusahaan besar di Jakarta Timur. Langsung Ia datangi untuk mengikuti test sesuai dengan aturan, dari 100 orang yang melamar, Thamrin termasuk menjadi 6 besar dan akhirnya lulus dalam test interview dengan pimpinan perusahaannya. Namun setelah diterima Ia harus memiliki SIM C untuk persyaratan pekerjaannya. Padahal Ia tahu banyak membuat SIM C kala itu tidaklah murah, butuh Rp.125.000,- sedangkan sang Ayah tidak memiliki uang sebanyak itu. Dan Ayah menemui ibunya, yaitu Nenekku. Untuk meminjam uang, Nenek merelakan kalungnya agar dijual dan uangnya digunakan untuk membuat SIM C ku. Beruntung sabtu itu SIM C sudah ada di dompetku. Walau hanya gaji Rp.75.000 per bulan dengan uang makan Rp. 2.500 per hari. Ia pikir tidak kenapa yang penting bisa kerja.
Sungguh diluar dugaannya, hari pertama kerja ternyata harus membawa motor dengan boxnya dibelakang. Jualan Baterai di Jakarta. Susah ? Sangat .... tapi terus dijjalankan. Pernah suatu hari Ia ingin digebukin oleh seniornya karena menjual produk di pasar tanpa di “mark up” tapi masalah bisa diselesaikan. Setiap bualn prestasinya selalu meningkat, selalu menjadi “Salesman Of The Month” dan mendapat hadiah setiap bulannya. Setelah 8 Bulan, Ia dipromosikan di bagian baru dan memperoleh motor operasional yang boleh dibawa pulang. Wow sangat menyenangkan waktu itu, walaupun motornya adalah motor si Doel apalagi kalau bukan HONDA WIN100. Tapi prestasi makin naik dan motorpun diganti menjadi HONDA GL PRO. Pada umur 21 pernah coba melamar seorang gadis, namun ditolak. Karena ia tidak mau pakai acara pacar pacaran. Hingga akhirnya pada umur 25, Ia menemukan jodohnya PATRA SUZANTI yang langsung diajak pelaminan. Hingga coba hidup mandiri dengan mengontrak di rumah kecilukuran 50meter di daerah Condet, Jakarta Timur.
Pada tahun 2000 dengan modal nekat dan kemandiriannya, Ia belajar membangun rumah tangga. Dari keringatnya sendiri. Dari anak pertama RAIHAN PRI HIJRIANI, dengan nama tengah prihatin adalah pesan dari mbah putri agar menjalani hidup dengan prihantin. 2006 setelah percobaan test haji yang ke 7 barulah Ia lulus dan akhirnya berangkat ke Tanah Suci di akhir tahun 2006. Setelah pulang dari berhaji dikaruniai anak kedua AMRI YAHYA dan mulai berbisnis dengan membuka “RUMAH MAKAN NASI ULAM H.THAMRIN’ Cukup ramai dan laku di daerah Condet namun karena suatu alasan, terpaksa Ia tutup rumah makan tersebut.
Berselang beberapa bulan di tahun 2008, ternyata perusahaan mengeluarkan pengumuman yang mengharuskan Ia untuk berhenti bekerja, seperti langit runtuh ketika mendengarnya. Namun Ia tidak kecil hati, Ia berpikir mungkin in jalan keluar dari kehidupan yang ada padanya. Anak anak masih kecil, rumah masih ngontrak, tidak punya tabungan, belum lulus kuliah dan sebagainya. Dengan ini Ia bertekad lebih kuat lagi, untuk tidak akan menjadi karyawan lagi. Dengan modal uang pensiunannya, yang hanya sebesar 100jt belum dipotong utnag utangnya. Ia nekat untuk berbisnis. Mulai dari membuat tas untuk koin yang mana ini gagal karena produk import dari china lebih murah, disusul dengan membuat lilin tetapi juga gagal karena sulitnya bersaing dengan produk dari Tangerang.
Hingga suatu saat ketika ia mencari inspirasi di pasar prumpung, ada sebuah toko mainan yang menjual maina kayu. Masih teringat jelas, produk itu bernama Hammer Set dijual dengan harga Rp. 70.000,- WOW mahal sekali, padahal Cuma dari kayu. Ia berikan untuk anak keduanya yang masih kecil. Ternyata anaknya sangat suka, hingga siang malam terus dimainkan. Sambil memperhatikan anaknya bermain. Ia berpikir, kenapa mainan ini mahal ya ? Coba Ia melakukan penelitian di internet. Ternyata masih jarang sekali produsen dan distributor yang menjual produk ini. Ia terus mempelajarinya, dan ternyata ada sebuah agen dekat rumahnya untuk mainankayu ini. Dan ia pun belajar untuk menjadi agen dari mainan kayu. Ternyata dengan pengalaman dan disiplin ilmunya I dapat dengan mudah untuk membuka pasar dan meraih peluang yang ada. Dari membuka gerai baru di Kali Bata Mall dan Metropolitan Mega Mall Bekasi hingga menemukan cara untuk membuat web site sendiri yaitu www.mainankayu.com engan bantuan beberapa temannya akhirnya web ini muali beroperasinya, walaupun hanya menggunakan warnet dan laptop kecil sebagai media kerjanya. Waktu itu belum terkenal Blackberry apalagi tab.
Dengan berkembangnya permintaan terhadap mainan tersebut, mulai Ia menemui kesulitan dalam hal supply barang. Temannya tidak bisa menerima masukan dari pembeli. Karena merasa sudah sempurna, dan akhirnya Ia harus berpisah dengan rekan yang telah mengenalkannya ke dunia mainan kayu itu. Dan karena hal ini mulai berpikir untuk membuat produknya sendiri. Dengan modal seadaanya dan sepetak tanah dekat rumah orang tuanya Ia mulai memproduksi dengan adik dan tetangganya. Ternyata setiap produk yang diproduksinya, selalu habis terjual. Hingga akhirnya karyawan bertambah terus dan terus, tempat tidak mencukupi dan harus pindah ke tempat yang lebih besar lagi. Hijrahkan kam ke daerah serpong, dengan tempat yang hampir 6 kali lipat ini Ia terus mengembangkan produksinya. Setelah produksi berjalan ternyata permintaan masih belum bisa dipernuhi juga, dengan masalah inilah akhirnya diputuskan untuk memperbesar produksi dengan sistem plasma.
Hingga saat ini sudah ada 13 plasma dan hampir 150 orang telah bergabung dengannya, dan setiap tahun akan terus bertambah, bertambah dan bertanbah lagi. Karena potensi permintaan mainan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah manusia.